Menjalin Persahabatan dan Berwisata ke Sumber Tetek

 Oleh : Eko Setyo Budi.

Dalam sebuah grup WhatsApp (WA) kita yakin dalam obrolan tiap hari menggunakan aplikasi ini,  kita bisa saling berkomunikasi  antar keluarga maupun antar teman/sahabat. Minimal dalam obrolannya di WA ada sapaan/kata ‘Assalamualaikum’ dan dijawab kata ‘Waalaikumsalam. Setelah itu obrolan datar-datar saja, dan baru obrolan ramai bila ada berita yang menarik atau sedih, candaan, atau saling kirim postingan yang berasal dari luar. Nah..  disinilah grup ini  bertambah ramai semenjak dibentuk grup perkumpulan Alumni SMPN 1 Klas F & G Tahun 1979 karena ditambah teman yang baru ketemu dimasukkan dalam grup. Perkumpulan bernama “Seduloeran Klas F&G’79”  sebagai wadah menyatunya teman-teman seangkatan yang sudah tersebar, untuk saling beri kabar, bersilaturahmi dan tak kalah penting yakni kegiatan sosial di lingkungan alumni sendiri. Jadi, sudah jelas adanya perkumpulan berarti ada kepengurusan yang terdiri atas: ketua, sekretaris dan bendahara supaya perkumpulan ini lebih terarah tujuannya.

Dalam perjalanan perkumpulan ini, di Grup WA tentu saja ada anggota ada yang aktif sekali, aktif kadang-kadang saja, bila ada waktu, bahkan ada sangat jarang sekali beri kabar. Ya..inilah dinamika persahabatan antar teman tergantung dari teman-teman sendiri. Suatu ketika salah seorang dari pengurus yaitu Sekretaris  belum ada kabar beberapa bulan di grup WA, mas Budi sebagai Sekretaris dulu sangat rajin berkabar.  Teman-teman pada bingung, kenapa ya mas Budi?   Tetapi belakangan ini hampir terputus komunikasi, kecuali ada yang japri yang terbatas dari teman yang memang sudah akrab. Dan kabarnya mas Budi sakitnya kambuh.

Lalu, diantara teman merencanakan ke rumah mas Budi tiga hari kedepan, seingatku hari Rabu sebulan setelah Hari Raya Idul Fitri !445 H berkunjung ke rumah mas Budi di Japanan, Kabupaten Pasuruan. Kita yang dapat mandat dari grup WA berangkatlah ke rumahnya, ada 6 orang yang berangkat, 2 orang yang sudah pernah kerumah mas Budi, namun mereka lupa-lupa ingat, arah rumah lewat jalan raya Watukosek, setelah masuk ke Gang malah kesasar, bingung, dan tanya-tanya orang di setiap sudut gang. Huh…pusing juga yang belum pernah ke sini, aku sambil menahan nafas… Akhirnya sampai di rumahnya, tetapi mas Budi tidak ada dirumah…pantas saja ditelpon berkali-kali nggak diangkat karena HP tertinggal di rumah karena sejak pagi mas Budi sudah berangkat ke sawah ladangnya. Ditemui istrinya,selanjutnya putra  mas Budi yang laki-laki berangkat ke sawah atas perintah ibunya. Sekitar setengah jam mas Budi datang. Alhamdulilah mas Budi baik-baik saja, terihat cukup sehat, walaupun sering kontrol berobat karena kena diabet. Itulah persahabatan kita, kalau ada teman yang sakit segeralah ditengok.

Setelah ngobrol-ngobrol dan menikmati kopi/teh, kue dan pisang di ruang tamu, mas Budi menawarkan jalan-jalan ke obyek wisata Sumber Tetek peninggalan Kerajaan Airlangga. Kata mas Budi ke obyek wisata itu hanya 25 menit dari rumah naik sepeda motor. Tanpa pikir panjang lagi, teman-teman setuju semua. Di perjalanan menuju obyek wisata “Sumber Tetek” melewati perkampungan dan terus jalan mulai naik kondisinya kurang baik karena dilewati truk-truk pengangkut batu gungung.  Di tengah perjalanan terlihat penambangan batu dilereng gunung Penanggungan, batinku ini merusak lingkungan yang masih alami. Perkerasan jalan di awal beraspal tetapi dekat wilayah penambangan batu perkerasan jalan berupa paving stone. Barulah mendekati obyek wisata Sumber Tetek jalan berasapal. Tibalah di Lokasi wisata di lereng pegunungan jam 11.00. Banyak pohon yang ridang, udaranya sejuk, nyaman untuk istirahat dan cocok sekali untuk refresing menghilangkan kepenatan di kota.  Obyek wisata ini di kawasan Perhutani tidak dipungut biaya. Sepertinya obyek wisata ini berada dalam Cadi Belahan  terdapat  pancuran yang disebut Sumber Tetek yakni pancuran yang keluar dari payudara arca Dewi Laksmi selir dari Raja Airlangga (lihat gambar). Untuk mengetahui lebih jauh riwayat “Sumber Tetek”, Anda bisa Googling. Setelah hampir satu jam menikmati wisata cagar budaya ini, teman-teman balik bersama-sama pulang ke Sidoarjo. Endingnya…silaturahmi sekaligus wisata budaya seakan menjadi satu paket healing yang menyenangkan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reuni dan Wisata Sambil Chek Kesehatan Dalam Bus

Mencari Sahabat Yang Belum Pernah Ketemu di Desa Balongdowo Penghasil Kupang